Kamis, 11 Juli 2013

Siapa Bilang Sirik Tanda Tak Mampu?!

Tak selamanya mendung itu kelabu dan tak selamanya sirik itu tanda tak mampu. Istilah sirik tanda tak mampu, saya rasa sudah cukup familiar di telinga kita. Tapi Sirik yang dimaksud disini bukan Syirik dalam artian menyekutukan Tuhan ya…konotasinya lebih kepada iri hati. Sebagian dari kita menyebut sifat iri hati itu dengan sirik, meskipun secara bahasa ini jelas-jelas salah. Tapi tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas itu. 

Sirik dengan kehidupan orang lain tentu membuat hati dan pikiran kita capek. Memang susah rasanya, sekali waktu dalam hidup kita untuk tidak sirik sama orang lain, apalagi kalau orang itu tampak punya segala-galanya yang kita ga punya, atau berhasil dapetin sesuatu yang juga kita incar. Waduh, rasa iri memang susah untuk ditahan, soalnya it’s very human.  

Saya pikir tidak terlalu masalah dengan siriknya karena yang penting adalah bagaimana respon kita terhadap sirik yang kita rasakan dalam diri kita itu. Tak selamanya sirik itu tanda tak mampu. Buat saya justru sirik itu adalah tanda dan isyarat kehidupan bahwa kita mampu jika kita mau dan mencukupkan usaha serta doa.

Rasa sirik atau iri yang timbul didalam diri itu tidak selamanya tidak berdasar. Terkadang malah justru dasarnya amat kuat. Sekali waktu dalam kehidupan, saya pernah sirik dengan orang-orang yang tampil dalam sebuah acara kuis di sebuah stasiun televisi. Wah enak ya mereka bisa ditonton banyak orang dan dapet banyak hadiah pula. Saya sirik kepada mereka karena saya merasa mampu. Dan terbukti saya bisa ikut dan berhasil memenangkan kuis tersebut selama empatkali berturut-turut. 

Dimasa saya bekerja dahulu saya juga pernah sirik dengan produk milik mantan bos yang laku keras dan cukup diterima dipasaran. Sehingga mendorong dan memotivasi saya menciptakan produk yang juga bisa seperti itu. Dan 2 tahun kemudian hal itu terwujud. 

Dimasa kecil dan remaja dulu saya juga pernah sirik dengan seorang teman yang jago bermain sepak bola. Yang selalu dibutuhkan dan menjadi pusat perhatian apabila ada turnamen dan kejuaraan di kampung kami. Dengan berlatih keras ternyata saya juga bisa menemani dia menjadi pusat perhatian dikampung kami. 

Ada juga seorang ibu yang sirik melihat ibu lainnya tetap langsing setelah melahirkan lalu dia melakukan diet khusus dan berbagai upaya agar dirinya tetap langsung eh…langsing atau minimal tidak terlalu gemuk…eh ternyata dia juga bisa! 

That’s what sirik can do…hehehe!

Sirik atau iri memang merupakan kotoran dan penyakit hati yang harus diminimalisir. Kotoran akan tetap menjadi kotoran apabila tidak diolah. Namun kotoran akan jadi pupuk menyuburkan apabila kita pintar mengolahnya. Yang terpenting bukan apa yang sudah terjadi tapi bagaimana kita merespon suatu kejadian.

So sirik buat saya adalah tanda bahwa kita juga mampu melakukan bahkan mungkin lebih baik dari apa yang sudah dilakukan orang lain asal kita mencukupkan upaya dan doa kita. 

Terima kasih__salam bijak palsu!

Sumber: http://muda.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar