Minggu, 23 September 2012

Seandainya Rasulullah Bertamu Ke Rumah Kita

     Sahabatku, bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita. Apa yang kira-kira akan kita lakukan? Pastinya kita akan sangat berbahagia lalu memeluk beliau erat-erat, mempersilahkan beliau masuk ruang tamu kita lalu meminta dengan sangat agar beliau sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
     Beliau tentu tersenyum.......
     Tapi barangkali kita akan meminta pula beliau bersedia menunggu sebentar saja di depan pintu rumah kita karena kita teringat masih ada CD film dewasa di ruang tengah hingga kita harus tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.
     Atau barangkali kita teringat ada lukisan wanita cantik yang berpakaian terbuka yang kita pajang di ruang tamu kita, hingga kita meminta Beliau tetap menunggu di balik pintu agar memberi waktu buat kita untuk memindahkan lukisan itu.
     Barangkali kita akan segera memidahkan lafadz Allah dan Muhammad yang ada di ruang sempit bagian samping rumah kita dan memajangnya di ruang tamu kita.
     Beliau tentu masih tersenyum.......
     Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Pasti kita akan merasa malu karena kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari mereka.
      Barangkali kita menjadi bertambah malu bahwa ternyata kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi justru hafal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols, KDI, AFI dan artis-artis sinetron kita beserta gosip seputar mereka.
     Beliau tentu tetap tersenyum.......
     Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat keluarga. Dan barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah.
     Barangkali kita menjadi sangat malu ketika junjungan kita ini mengetahui bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi. Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV menonton gosip selebriti.
     Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
     Beliau tentu masih tetap tersenyum.......
     Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.
     Betapa senyum beliau masih di situ.......
     Sahabat, bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah kita karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan sangat malu di depan Rasulullah?
     Masihkah kita merindukan beliau singgah di rumah kita? Dan masihkah beliau tersenyum? Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir. Oh, betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.
     Maafkan kami ya Rasulullah.......

Sumber : Nurul Hayat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar