Minggu, 02 Maret 2014

Vitamin dan Suplemen

Vitamin dan Mineral biasa kita jumpai dalam bentuk sediaan Multivitamin dan suplemen yang mudah kita didapatkan di apotek dan toko obat. Sediaan Multivitamin dan supplement termasuk obat bebas atau obat OTC yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Penggunaanya pun tanpa aturan khusus, karena tidak memiliki efek samping yang signifikan.

Walaupun begitu, penggunaan vitamin dan mineral harus diperhatikan. Pada dosis lazim zat tersebut akan sangat berguna oleh tubuh, namun pada dosis tinggi akan mengganggu keseimbangan tubuh, malah akan menimbulkan suatu efek yang tidak diinginkan.

Penggunaan vitamin dan mineral relative aman walaupun digunakan secara rutin. Namun dalam beberapa keadaan, penggunaan multivitamin dan suplemen sebaiknya diperhatikan, salah satunya jika vitamin dan mineral diberikan bersamaan dengan obat lain. Vitamin dan Mineral dapat berinteraksi dengan beberapa obat. Oleh karena itu Tenaga kefarmasian perlu mengetahui interaksi obat. Tenaga kefarmasian sebaiknya melakukan konseling terhadap pasien, mengingat Vitamin dan Mineral dapat dibeli bebas di apotek dan toko obat.  Pengetahuan terhadap interaksi obat ini tidak pula menyebabkan kita over-reacting atau paranoid, dengan serta-merta meng-avoid salah satu obat untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan. Hal tersebut dikarenakan  interaksi obat bisa dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah dosis, cara pemberian, waktu pemberian, dan faktor lain2. Farmasis sebaiknya bijak dalam menghadapi interaksi obat ini, dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keamanan pasien. Berikut beberpa contoh interaksi obat dengan vitamin dan mineral

VITAMIN

Vitamin A

Vitamin A berinteraksi dengan produk yang mengandung senyawa retinoid (seyawa kimianya menyerupai vitamin A). Retinoid terdiri atas isotretinoin dan acitretin, yang biasanya digunakan pada obat jerawat dan obat psoriasis. Jadi jika ada pasien mendapat resep yang dimana isinya produk yang mengandung retinoid, pharmacist harus memperingatkan pasien itu untuk menghindari penggunaan vitamin A. Karena dapat meningkatkan toksisitas vitamin A. Pharmamcist juga sebaiknya menginfokan gejala toksisitas vitamin A kepada pasien, yang meliputi mual, muntah, pusing, penglihatan kabur,
Contoh obat jerawat yang mengandung retinoid adalah : Retin-A®, Nuface®, Jeraklin®, Skinovit®, Tracne®, Trentin®, Vitacid®, dll

Vitamin B6

Vitamin B6 atau disebut juga dengan pyridoxine, adalah vitamin yang larut air, yang digunakan dalan penanganan defisiensi vitamin B6 dan beberapa kasus anemia. Piridoksin dapat menurunkan efek obat dari fenitoin dan levedopa. Efek ini tidak terlihat jika levedopa diresepkan kombinasi dengan carbidopa. Kombinasi levedopa dan carbidopa dapat mencagah interaksi tersebut. Jika pasien menerima resep levodopa tanpa kombinasi dengan carbidopa, maka pharmacist sebaiknya memberi peringatan terhadap pasien agar tidak mengkonsumi vitamin B6 atau produk obat yang mengandung vitamin B6. Hal itu dikarenakan Vitamin B6 pada dosis kecil (sekitar 10-25 mg Vitamin B6) cukup untuk menghambat ativitas levedopa.

Pada kasus tertentu Vitamin B6 pada dosis tinggi dapat menurunkan konsentrasi fenitoin dalam serum, jadi dapat menurunkan khasit dari phenitoin. Salah satu studi mengunkapkan bahwa terdapat pasien mengalami seizure disorder terkait dengan penggunaan vitamin B6 200mg/hari. Penggunaan vitamin tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi fenitoin hampir 50%. Sedangkan efek Vitamin B6 dengan dosis dibawah 200mg/hari terhadap kadar fenitoin di dalam plasma belum terbukti secara jelas. Selama penggunaan fenitoin, disarankan pasien untuk tidak mengkonsumsi Vitamin B6, jika ingin tetap menggunakan suplemen Vitamin B6, dosis multivitamin diperkecil atau dosis fenitoinnya yang diperbesar

*contoh obat yang mengandung phenytoin : Dilantin, Ikaphen, Kutoin-100, Movileps, Phenilep.
contoh multivitamin yang mengandung Vitamin B6 200mg/tab : Farbion®, ikaneuron®, Lapibion®, Licobion®, Daneuron®, Corobion®, Corsaneuron®, Biomex®, Biocombin®, Betrion®, Neurodex®, Neurosanbe®, Mersibion®, dll

Vitamin E

Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin ini biasanya digunakan pada penanganan defisiensi vitamin E, atherosclerosis, penyakit alzeimer, dan pada beberapa kanker. Vitamin ini juga merupakan suplemen yang diberikan pada pasien dengan cardiovascular disease. Beberapa kasus yang dilaporkan adalah bahwa Vitamin E dapat meningkatkan resiko pendarahan jika Vitamin E diberikan secara bersamaan dengan Warfarin. Efek samping ini biasanya terjadi jika pemberian vitamin dalam dosis besar (lebih dari 800 IU). Farmasis sebaiknya menyarankan pada pasien yang menggunakan warfarin, jika ingin menkonsumsi supplement vitamin E lebih baik dalam bentuk sediaan multivitamin, lebih baik tidak menggunakan supplement vitamin yang kandungannya hanya tunggal/Vitamin E saja.

Masih controversial bahwa vitamin E dan suplemen antioksidan berefek pada khemoterapi. Secara teori terdapat adanya interaksi antara antioksidan dengan agen kemoterapi yaitu dengan mengganggu mekanisme oksidatifnya. Dalam klinis interaksi ini masih belum diketahui. Tapi walaupun belum dikaetahui secara klinis, akan bermanfaat jika Farmasis menyarankan pasien untuk menghindari penggunaan supplement antioksidant ketika menjalani pengobatan kemoterapi. Walaupun begitu, terkadang antioksidan digunakan juga untuk mencegah atau mengurangi efek toksik dari agen khemoterapi tertentu. Pasien yang sedang menjalani kemoterapi sebaiknya jangan sembarangan mengkonsumsi supplement atas inisiatif sendiri, sebaiknya dikonsultasikan dan diceritakan  kepada dokter onkologi,  suplemen apa saja yang akan di gunakan oleh pasien.

*dipasaran sediaan vitamin E tunggal tersedia dalam 100 IU (Lanturol®, Nature-E®, Tokovin®), 200 IU (Bio-E 200®, Dalfarol®, Evion 200®, Lanturol-200®, Prima-E®, Vitaferol® dll), 400 IU (Dalfarol®, Lanturol-400®, Naturol®, Proxidan 400®, Vinpo-E®, dll)

*contoh sediaan obatyang mengadung Warfarin : Simarc-2®, Warfarin Eisai®

Vitamin K

Vitamin K berinteraksi dengan warfarin. Saat Warfarin dan Vitamin K diberikan secara bersamaan, efektivitas Warvarin menurun. Hal ini dapat meningkatkan resiko pada pasien yang mendapat terapi suboptimal antikoagulan, hal ini dapat memicu tromboembolic pada  pasien dengan deep venous thrombosis, pulmonary embolism, myocardial infarction, or stroke. Vitamin K terdapat pada sayuran hijau seperti bayam dan brokoli. Farmasis sebaiknya menyarankan pasien dengan terapi warfarin untuk menjaga asupan vitamin K dari sayuran hijau secara konsisten, hindari penggunaan suplemen yang mengandung vitamin K yang tidak konsisten. Sebagai contoh pasien sebaiknya tidak merubah asupan rutin suplemen yang mengandung vitamin K.


*contoh suplemen yang mengandung vitamin K : Provital®

Niasin

Niasin biasanya digunakan untuk treatment hyperlipidemia dan pellagra. Beberapa pasien yang menderita hiperlipidemia melakukan self-medication dengan mengkonsumsi suplemen yang menagandung niasain. Kombinasi niasin dan HMG-CoA redctase inhibitors (statin) dapat meningkatkan resiko myopathies dan rhabdomyolysis. Penggunaan niasin dengan statin direkomendasikan hanya jika penggunaannya lebih bermanfaat untuk menurunkan lipid daripada resiko myopaties dan rhabdomyolysis. Intraksi antara niasin dan obat statin terjadi bila dosis niasin 1g /hari atau lebih dari itu. Biasanya niasin pada sediaan obat OTC tidak tersedia dalam dosis tinggi. Farmasis sebaiknya menganjurkan pasien agar mengkonsumsi niasin atas dasar pengawasan dokter.
* Contoh sediaan multivitamin dengan Niasin : Biocholes® (Niasin 6mg), Kitoles® (Niasin 30 mg), Niaspan® (Gol Obat G, Niasin 375 mg, 500mg, 750mg, 1000mg)

Asam Folat

Asam folat biasanya digunakan untuk menangani dan mencegah defisiensi asan folat. Suplemen asam folat biasanya direkomendasikan selama pengobatan methotrexate sebagai propilaksis keracunan pada pasien penderita rheumatoid dan psoriasis. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen asam folat menurunkan toksisitas methotrexate. Fatmasis sebaiknya merekomendasikan suplemen asam folat pada pasien dengan pengobatan methotrexate untuk penderita rheumatoid arthritis atau psoriasis, terutama jika terdapat efek samping (toksisitas) yaitu berupa sel darah yang tidak normal, mucositis dan diare terjadi. Walaupun begitu perlu dicatat bahwa asam folat dapat menurunkan efektifitas dari methotrexate pada terapi kanker.

Asam folat dilaporkan juga dapat menurunkan efektifitas dari phenitoin, hanya dengan dosis 5 mg/hari atau lebih, dimana pada dosis ini bukan merupakan sediaan obat OTC

*Contoh sediaan yang mengandung asam folat: Avomix®, Armovit®, Cerebrovit Active®, Lipagent®, Lactacin®, Vomilat®, Provital®, dll
 
MINERAL

Kalsium

Kalsium adalah mineral yang digunakan untuk mencegah atau mentreatment osteoporosis. Kalsium ditemukan pada makanan sehari-hari. Kalsium tersedia dalam bentuk suplemen, kalsium terdapat juga dalam sediaan obat antasid. Karena interaksi beberapa obat dengan kalsium begitu signifikan, maka farmasis perlu menyakan asupan kalsium pasien tiap harinya.

Mekanisme interaksi kalsium dengan beberapa obat yaitu dengan menurunkan absorbsi obat denagan mekanisme ‘chelat’. Interkasi signifikan terjadi pada antara kalsium dengan beberapa antibiotik yaitu tetrasiklin dan antibiotic golongan fluoroquinolon. Kalsium karbonat dapat menurunkan bioavailibilitas ciprofloxacin sampai 40%. Pasien dengan pengobatan tetrasiklin dan antibiotic fluoquinolon sebaiknya dihindari penggunaan supllemen kalsium selama pengobatan tersebut

Farmasis sebaiknya menginstruksikan pasien untuk memberi jeda antara minum suplemen kalsium/antacid dengan antibiotik tetarasikin/antibiotic golongan flurokuinolon. Masih kontrovesial tentang waktu jeda, tapi paling tidak minimal diberi jeda selam dua jam, ada beberapa sumber yang mengatakan diberi jeda minimal 4-6 jam.  Sebagai contoh penggunaan suplemen kalsium dan levothyroxine diberi jeda minimal 4 jam.

Sebagai tambahan, penting dicatat bahwa ada beberapa obat yang apabila digunakan secara terus menerus dapat berefek terhadap jumlah kalsium yang berada dalam tubuh, Misalnya kortikosteroid dapat menurunkan absorbsi kalsium, dimana dalam waktu lama dapat memicu osteoporosis. Obat-obatan seperti Phenitoin, Phenobarbital dan orlistat dapat meneurunkan jumlah kalsium dalam tubuh. Pasien dengan pengobatan tersebut, lebih baik dibarengi dengan asupan suplemen kalsium, terutama suplemen kalsium yang juga mengandung vitamin D. Disinilah peran Farmasis dalam merekomendasikan asupan kalsium

Alumunium dan Magnesium

Alumunium dan magnenisum memang tidak tersedia dalam bentuk suplemen, walaupun begitu magnesium dan alumuniaum terdapat dalam obat OTC seperti pada antacid. Seperti kalsium, kedua meineral ini dapat mengikat beberapa obat, sehingga dapat menurunkan bioavaibilitas dan menurunkan efektifitas obat tersebut. Obat yang dipengaruhi oleh kedua mineral ini adalah, antibiotic fluorokuinolon, tetrasiklin, bisphosponat dan levothyroxine. Farmasis sebaiknya menyarankan pasien untuk memberi jeda (paling tidak 2 jam) dalam mengkonsumsi keduanya.

Besi

Suplemen besi dibutuhkan bila tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang cukup. Kekurangan besi dapat menyebabkan kelelahan, kesulitan bernafas, menurunkan kekuatan fisik tubuh, menurunkan daya belajar, dan dapat meningkatkan resiko infeks.

Pasien disarankan untuk menghindari penggunaan suplemen besi bersamaan dengan Antibiotik Tetrasiklin, Antibiotik gol Fluoroquinolone, Digoxin, or Levothyroxine.Setidaknya diberi waktu jeda 2 jam. Pasien yang menggunakan suplemen kalsium dan besi, sebaiknya diberikan informasi sebaiknya digunakan pada waktu yang berbeda karena kedua suplemen tersebut saling bersaing untuk diabsorbsi.

Garam besi juga dapat berinteraksi pada abosrbsi levedopa, sehingga dapat menurunkan kadar levedopa dalam darah. Pasien denagan syndrome Parkinson sebaiknya dilarang penggunaan suplemen besi. Apabila keadaanyan sangat membutuhkan suplemen besi, maka dosis levedopa sebaiknya ditingkatkan. Besi juga memperburuk hipertensi pada pasien yang sedang mendapatkan pengobatan metildopa, maka penggunaan suplemen besi sebaiknya jangan terus menerus.

Absorbsi besi dipengaruhi oleh keasaman lambung. Besi tidak dapat diabsorbsi dengan baik bagi pasien yang sedang mendapatkan obat PPI (Omeprazol, Lanzoprazol dll), karena obat PPI tersebut dapat menurunkan keasaman lambung. Pada pasien yang mengalami defisiensi besi, namun dia sedang mendapat pengobatan PPI, maka direkomendasikan pemberian suplemen besi secara intravena. Karena suplemen besi merupakan obat OTC, maka interaksi ini biasanya sulit diidentifikasi. Oleh karena itu Farmasis sebaiknya menanyakan pasien apakah ia sedang menggunakan obat lain, selain mengkonsumsi suplemen Besi.

Kalium

Walaupun Suplemen Kalium ini merupakan jenis suplemen atas resep dokter, namun ada beberapa obat OTC yang mengandung Kalium. Beberapa obat yang dapat meningkatkan konsentrasi kalium dalam tubuh, dapat berinteraksi denga supplement Kalium. Pasien yang harus diberi warning untuk mengkonsumsi suplemen kalium, adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan ACE Inhibitor (sbg contoh captopril), Digoxin, Indomethacin, obat diuretic seperti Triamterene dan Spronolacton

Walaupun kalium yang terdapat pada obat OTC (pada produk multivitamin n mineral) tidak menyebabkan interaksi obat, namun Farmasis sebaiknya memberi warning kepada pasien yang mempunyai resiko interaksi, yaitu pasien yang mempunyai riwayat gangguan ginjal.

Saat Farmasis menkoseling pasien untuk tidak mengkonsumsi supplement kalium secara berlebihan, maka diberitahukan juga tentang penggunaan produk Garam Subtitusi yang di jual supermarket. Garam tersebut menggunakan Kalium untuk mensubtitusi Natrium. Diberitahukan juga, produk ini sebaiknya dihindari untuk pasien yang mempunyai resiko hyperkalemia. Karena resiko akan lebih besar pada penggunaan garam subtitusi dari pada penggunaan kalium yang terkandung pada obat multivitamin dan mineral.

Semoga tulisan ini bermanfaat :)

Sumber: punyafajriyah.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar