Selasa, 11 Juni 2013

Jujur Ketika Tidak Jujur

Menaklukkan diri sendiri adalah hal tersulit bagi diri ini… entah bagi orang lain.

Sudah sejak lama ada sebuah keinginan yang mendorong kehendak untuk mengungkapkan kejujuran yang benar-benar jujur selalu saja terurungkan sebab masih ada kemelekatan untuk itu.

Mengungkapkan sesuatu tentang kejujuran adalah hal yang baik… sangat baik malahan… di mana akan banyak orang mendapatkan manfaat ataupun termotivasi walaupun pada penyampaiannya masih menyembunyikan sedikit saja tentang asal muasal kejujuran dan bahkan tentang kejujuran yang di sampaikan sendiri… banyak pujian pun akan menghampiri… berharap tak melekat akan hal itu pun pada kenyataannya akan terjebak kembali pada keadaan menyenangkan yang menghanyutkan tanpa tersadari.

Dalam sebuah perjalanan… ketika menyusuri pinggiran sungai yang tak terlalu dalam… mata ini terpikat dengan kilauan sebuah batu yang terkena cahaya matahari… sebuah batu yang indah… berwarna hijau seperti jade dan begitu dingin ketika bersentuhan dengan jemari. Batu yang ketika digosok agar berbentuk mengundang banyak tanya dari banyak orang yang melihat diri ini menggosok sebuah batu. Banyak tanya pun mengalir tentang batu apa dan darimana asalnya… kemudian terjawab bahwa batu itu kutemukan di pinggiran sungai… hingga satu ketika sampai pada sebuah kemelekatan yang mengatakan bahwa batu itu adalah milikku… padahal jika mau jujur… batu itu bukan milikku… jika tak kutemukan pun batu itu akan tetap ada di pinggiran sungai.

Sang Guru pernah berkata-kata… pada saat kau menebarkan kebaikan demi kebaikan… akan tiba sebuah kondisi yang jika tak kau sadari akan membuatmu terjebak dan menjadi melekat… kemudian jikalau batin dapat melampaui keterjebakan dan kemelekatan… akan ada kekuatan-kekuatan yang akan semakin menggoda untuk terus melekatkanmu… hingga jika semuanya terlampaui akan tiba sebuah kondisi yang tanpa sisa… dirimu akan berjalan tanpa kau berkehendak… tanpa memikirkan apakah kaki kiri dahulu ataukah kaki kanan dahulu. Tiba di tempat tujuan tanpa timbul sedikitpun kehendak baik dalam ucapan, pikiran ataupun perbuatan badan jasmani. Mudah? sepertinya… sulit sekali mencapai keadaan tanpa sisa.

Teringat dengan kata-kata Sang Guru… kududuk dipinggiran sungai melihat bayangan wajah sendiri di air yang jernih… atau pun berhadap-hadapan dengan cermin… namun hanya mampu melihat bagian yang berhadapan saja… kotoran-kotoran di tempat yang tersembunyi tak dapat terhadirkan.

Dan ketika diri ini mengungkapkan hal ini dalam kata-kata pun bisa saja diri ini pun terjebak pada keadaan yang melekat. Kepada yang membaca pun benar-benar terpinta dari diri ini agar jangan menelan mentah-mentah apa yang tertuliskan ini. Karena bisa saja tulisan ini pun tidak jujur… mengapa? karena masih tertuliskan dalam sebuah bentuk… Kebenaran yang benar-benar mutlak adalah yang tak terdeskripsikan atau pun terpersonifikasikan dalam bentuk apapun.

Kembali ke pointnya… menaklukkan diri sendiri bagi diri ini adalah hal yang sangat sulit. Jadi sebelum menaklukkan ribuan, jutaan, milyaran, hingga tak terhingga… taklukkanlah diri kita terlebih dahulu. Agar dalam perjalanan tak melukai mahluk lain baik fisik maupun non fisik.

~000OOO000~
Peringatan!!!
Jangan menelan mentah-mentah apa yang tertuliskan di atas.

Sumber: http://fiksi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar