Rabu, 28 Oktober 2015

:: Malaikat Tidak Tidur ::

Dingin merambah tubuh
Lidah kelu terjegal kaku
Biru menghias tubuh yang kian pilu
Malaikat datang menjemputmu

Nafasmu yang tak pernah kau syukuri
Kini tertahan tanpa kau hindari
Detak jantung yang kau anggap biasa
Kini menjadi sangat berharga di tiap detakannya

Lembayung wajah kematian kian mendekat
Suara tangis bergema menyesakkan dada
Namun tiadalah kita mendengarnya
Karena telinga tak lagi ada suara

Masih ingatkah tentang tangan yang berdosa
Sebentar lagi akan menjadi sepotong tulang tak berharga
Masih ingatkan tentang wajah yang kau banggakan
Sesaat lagi akan terkubur dalam tanah

Masih ingatkah akan harta yang kita jadikan raja
Sebentar lagi akan mengalun indah menjadi petaka
Malaikat tidak tidur
Kematian mengintai hidup

Untuk apa?

Pakaian indah nan penuh hias
Kini bersisa kain kafan
Harta yang di agungkan
Hanya tinggal barang bekas tak berguna

Saat kematian datang menjemput
Tiada pangkat, tiada jabatan
Tiada kaya, tiada miskin
Tiada pula cantik atau rupawan
Malaikat maut tetap mencabut nyawamu

Ingatkah pada kubur
Tempat saat tubuh di pendam
Di tinggal sendiri dalam gelap
Ditemani bintang malam dan kesunyian

Ingatkan bahwa kita akan di kubur
Saat dimana belatung memakan tubuh kita
Harta, dunia, dan seisinya tak lagi guna
Tinggal menunggu adzab dalam penyesalan

~kisah-puisi.blogspot.co.id~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar