Kesetiaan, mata uji yang hidup, yang mampu menjadi penakar kekuatan cinta seseorang akan suatu hal, dalam status apapun.
=======================================================================
=======================================================================
Albert, lelaki 42 tahun. Ia menikah
dengan Isha, wanita 40 tahun. Mereka menikah sudah selama 18 tahun. Suka
duka telah mereka jalani bersama selama tahun - tahun itu. Sayang,
hingga saat ini ia belum dikarunia keturunan, belum mendapat momongan.
Tak kurang-kurang, Isha meminta Albert
untuk menikah lagi. Namun, selalu saja Albert menjawab, bahwa
kebahagiaan keluarga tak hanya terletak pada ada dan tidaknya momongan.
Ketentraman keluarga tak tergantung dari ada dan tidaknya cenger
bayi yang menangis. Benar, bahwa perkawinan pada kodratnya akan
terarah pada melahirkan dan mendidik anak. “Namun bila Allah belum
memberi apakah manusia akan melukai hati wanita kedua kali?” begitulah
kata Albert. “Kesetiaan dalam suka dan duka, itulah yang terpenting,
sayang…,” kata Albert seraya memeluk Isha.
Kesetiaan, kata yang mudah diucapkan, tapi dalam praktiknya tak mudah untuk dilaksanakan. Kesetiaan kata yang kadang harus di-lacur-kan,
manakala kehidupan mulai berhadapan dengan kesulitan. Kesulitan itu
bisa berarti kesulitan mendapatkan keturunan, “kemiskinan” pangkat yang
bisa mengakibatkan orang bisa ‘menjilat pantat’, nga-BN …ngasal Bapak Nyenang, “miskin hormat” yang mengakibatkan orang hilang harga diri….dan seterusnya.
“Sayang, Allah tetap setia pada kita.
Dalam keadaan apapun diri kita, Ia tetap setia. Maka dalam kondisi
apapun juga, aku akan tetap mencoba setia padamu…”
Andai hidup ini dipaparkan dalam area
kesetiaan dan kemuliaan Yang Mahakuasa, pastilah nilai hidup itu akan
terangkat lebih tinggi, apapun prestasi - karya dalam hidup itu.
Sekedar contoh: guru tak hanya sekedar
membagi ilmu dengan mahasiswa dan muridnya, ia juga bisa belajar
menghargai profesi dan karyanya, andai karya ke-guru-an itu dilapisi
kesetiaan. Dokter, tak hanya sekedar
berhubungan dengan cek-recek kesehatan, namun ia juga bisa merambah sisi
kemanusiaan, sapaan yang ‘menghidupkan’, hospitalitas yang menyeluruh
yang mencakup sisi manusiawi, andai pelapis semua karya kesehatan itu
adalah kesetiaan. Polisi tak hanya sekedar mengepolkan isi (memenuhkan
isi - ‘materi’) hidup untuk diri dan institusi. Namun ia juga bisa
memenuhkan panggilan hidup manusiawi, membantu memahamkan manusia -
manusia yang suka melabrak aturan hingga manusia bisa segaris lurus
antara apa yang dikatakan dan dikerjakan. Dan seterusmya…
Kesetiaan,
mata uji yang hidup, yang mampu menjadi penakar kekuatan cinta
seseorang akan suatu hal, dalam status apapun. Apakah anda sudah mencoba
setia melewati hari ini?
Sumber: http://muda.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar