“Bapak memberi nomor HP pada saya, ada yang bisa dibantu?”Tanya Marani via SMS.
Wah, menghubungi juga. Berarti nih cewek
sudah ngerti, pikir Afat senang. Lalu dia memuji kecantikan Marani dan
rambut hitamnya yang indah serta berbagai pertanyaan mengakrabkan diri
lainnya. Sampai akhirnya dia menanyakan kata-kata ‘kunci’ itu.
“Merani mau kapan-kapan ketemu?”
“Wah, om Afat mau kasih saya apa?”
“Kamu maunya berapa?”
“Kalau menemani makan malam ‘tarifku’ 2 juta,om.”Jawabnya lugas di telepon.
“Kalau lebih dari makan malam?”Tanya Afat dengan suara bergetar exciting.
“Sepuluh juta om. Sanggup?”
“Sanggup.”
Dan hari itu mereka bertemu di sebuah hotel berbintang di tengah kota dan naik ke lantai 17.
“Temani aku sampai pagi,ya……”Kata Afat.
“Tidak bisa,om. Sepuluh juta itu cuma
beberapa jam menemani om. Saya langsung pulang. Saya jarang mau menemani
sampai pagi.”Kata Marani dengan senyum genitnya.
“Berapa yang harus saya kasih kalau mau sampai pagi?”Tanya Afat penasaran.
“Om,kalau kita cocok. Lalu om dan Marani
sudah ‘lengket’ dan pakai hati, pasti om saya temani sampai sarapan
pagi. Bukan cuma satu hari, tetapi ditemani sarapan pagi tiap hari. Dan
itu tarifnya GRATIS!”Katanya serius.
Afat terpukau. Gadis ini punya tarif
kalau mau tubuhnya, tetapi akan gratis kalau bisa mendapatkan hatinya.
Sanggupkah dia menaklukkan hatinya?
“Aku ingin memenangkan hatimu…”Bisik Afat merayu saat mereka selesai bercumbu.
“Bisa. Asal om berhenti bagi-bagikan
kartu nama setiap ketemu cewek cantik dan lebih memilih Marani di setiap
makan malam om.”Katanya.
“Sampai berapa lama?”
Si gadis hanya tersenyum misterius.
Karena untuk mahluk semata keranjang
Afat, membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk menaklukkan hati
wanita. Karena dia sudah terbiasa dengan waktu singkat membeli tubuh
mereka.
Sumber: http://fiksi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar