Sepucuk cinta selalu tertata rapi dalam jiwa. Percayalah, cinta membawa
kita melakukan yang terbaik guna mentransfer kebahagiaan yang terpancar
ikhlas dan tulus dari pribadi terbaik kita hingga tak perlu terbalaskan
oleh apapun, karena dengan itu kita bukan hanya temukan cinta, tapi
sekaligus menebar cinta. Jadi, cinta itu kebaikan yang membahagiakan.
Cinta itu berselebar menyapu langit. Ketika kita mentransfer kebaikan
maka akan ada yang membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik. Jangan
khawatir, kita tak perlu berharap dari ketulusan. Karena semua hal yang
dipertanyakan akan terjawab seiring kebaikan itu mengalir.
Mudah dan indah itulah cinta. Karena masih ada yang tak segan membagi,
merekalah orang-orang yang mengerti bagaimana memperlakukan diri.
Definisi cinta malah kini di titik beratkan sebagai paduan pasang
kekasih dikalangan manusia. Cinta malah didefinisi hal aneh yang tak
menjabarkan sama sekali cinta yang sebenarnya alias cinta abal-abal.
Asal bicara dan terlalu di-hiperbola-kan untuk hal yang tak punya dasar.
Cinta tak sesempit itu. Cinta itu luas!
Karena kesalahfahaman definisi ini kadang kita merasa hidup ini tak adil
karena cinta hanya ada dalam benak insan tertentu. Kita salah besar!
Sesungguhnya hati kita yang selalu salah menafsirkan, menganggap semua
adalah kegagalan. Dan lama kelamaan jika dalam jiwa kita tertanam mental
‘gagal’, sesukses apapun, kita akan selalu menganggap diri kita gagal.
Tak punya jiwa bersyukur dan sungguh dangkal pemikiran itu.
Kita bisa melawan bumi, merusaknya, menyiksanya hanya karena kita tak
puas dengan takdir. Tapi ingat, kita tak diciptakan untuk itu.
Kita bisa dengan mudah menyatakan pada jagad ruang raksasa angkasa
hingga laut dengan kedalaman tanpa cahaya bahwa kita ini telah
di-diskriminasi. Tapi ingat, itu sia-sia.
Jika kita sekedar mencari cinta, kita akan mendapatkan nya. Namun,
apakah hanya karna itu kita hidup? Tidak. Cinta hanya kata peringkas
dalam segubrik tujuan penciptaan kita.
Inilah sumber cinta. Sang Pencipta, Pemberi Cinta. Dia Yang Maha Agung. Dia Maha Dekat.
Allah SWT.
Tak terfikirkah?
Sejuta penghuni alam menyemarakan issue tentang cinta. Apa itu? Dimana
adanya? Bagaimana rasanya? Dan alam mengungkap jawaban dari pertanyaan
itu secara tersirat.
Suatu saat, kita akan mengalami dan mengerti. Sebuah makna dari kata
cinta bersama beribu penekanan makna didalam-nya. Suatu saat, kita akan
mengenali yang dikenalkan Hukum Alam yang Allah ciptakan ini.
Ketika kita diciptakan oleh Allah, percayalah. Kita ada dibawah naungan
cinta. Dititipkan pada rahim sang bunda dan dijaga dengan cinta. Yang
tadinya kita rapuh dan mustahil bertahan, Allah jadikan kita kuat dan
berkembang. Dengan skenario Allah, didalam perut sang bunda kita tidak
kelaparan, kehausan dan lain nya. Semua tercukupi dengan izin-Nya.
Ketika sudah tiba saatnya, dunia sambut kita dengan senyum dan tawa.
Kita terlahir dengan sejuta pengorbanan. Bunda kita bertaruh nyawa!
Mengapa ia mau? Karena cinta. Cintanya pada Allah, cinta pada amanat
dari-Nya dan cintanya pada kita, sang jabang bayi pengungkit semangat.
Lagi lagi cinta berperan dalam awalnya kita hidup.
Saat itu pun sang ayah sibuk memikirkan, membiayai sarana prasarana
untuk menunjang proses kelahiran kita. Itu terjadi karena cinta.
Kita pun tumbuh dan berkembang dibawah pengawasan Allah ditambah lagi 2
malaikat kita. Bunda dan ayah. Begitu indahnya masa-masa indah itu bagi 2
malaikat kita.
Jadi? Persepsi bawa cinta datang pada masa kita remaja tak sepenuhnya
benar. Walau iya, tetapi cinta yang berbeda dan lebih besar telah kita
lahap sejak belum turun ke bumi ini.
Cinta ada saat kita belum Allah ciptakan, cinta terasa saat kita mulai
Allah beri indra perasa yaitu kalbu, cinta terdefinisikan ketika Allah
memberikan kita akal. Begitu sempurna cinta yang Allah beri. Tetapi
mengapa issue penghuni dunia ini hanya terpaku pada satu cinta yang semu
dan rumit. Tanpa sebelumnya memikirkan cinta besar yang telah
dirasakan.
* * *
Sumber: http://lifestyle.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar