Sadar atau tidak, sering kali kita menempatkan diri
pada posisi sebagai orang yang harus dimengerti,dipahami, serta dihargai
oleh anggota keluarga ,sahabat,teman dan orang orang sekitar kita. Kita
tidak hanya sekedar meminta atau berharap,tapi menghendaki dan tidak
jarang menuntut untuk dipahami.
Bila harapan tersebut tidak terpenhi,maka kita akan
sangat kecewa dan mulai memberikan penilaian penilaian negatif kepada
mereka.
Mengapa demikian? Mungkin kita merasa diri orang penting,yang harus diprioritaskan ,dipahami ,dimengerti dan dihargai.
Pernahkah terpikirkan mengapa bukan kita yang mencoba
memahami anggota keluarga ,sahabat, teman dan orang orang sekitar
kita?Ask your heart,because the answer is in your heart.
Mari kita tanya hati kita masing masing, karena disana ada jawabannya.
Hidup memang penuh dengan penilaian penilaian. Boleh
boleh saja kita menilai orang lain. Tetapi alangkah bijaknya bila,
sebelum kita menilai orang lain,mulailah dengan diri kita terlebih dulu.
Dan bila kita jujur pada diri sendiri,maka disana kita akan
menemukan,bahwa masih banyak kekurangan kekurangan yang terdapat didalam
diri kita. Baik dalam cara berpikir,bertutur kata dan perilaku kita
dalam kehidupan se hari hari.
Dengan demikian, setahap demi setahap, kita akan
semakin memahami arti dari kearifan hidup. Bahwa hidup tidak dapat
dinilai dengan hitam dan putih. Bahwa kita bukanlah hakim yang berhak
memberikan vonis kepada orang lain .
Semakin kita memahami makna kearifan hidup, semakin
kita mengetahui ,bahwa teramat banyak misteri misteri kehidupan yang
belum kita pahami.
Hidup ini adalah sebuah universitas yang
multidimensional. Dimana kita bisa belajar apa saja,dimana saja dan
kapan saja,bila kita mau. Bahkan dari setiap kejadian kecil,yang
kelihatan sepele ,kita bisa memetik pesan pesan moral, yang dapat
membawa perubahan besar dalam hidup kita.
Belajar di bangku sekolah,akan memberikan kita ilmu
pengetahuan,tetapi belajar di universitas kehidupan akan menghadirkan
kearifan hidup.
Semoga renungan singkat ini bermanfaat untuk dibaca.
Saya postingkan artitel sederhana ini, jauh dari
bermaksud menggurui,tetapi sekedar berbagi kepada teman teman semuanya.
Semoga berkenan.
Sumber : http://fiksi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar