Dengan semangat ’45 si Jon turun dari bus TransJogja. Sabtu sore yang
cerah, kemana lagi kalo bukan ke tempat pujaan hati. Untung rumah si
Temon tak jauh dari halte TransJogja.
Tak perlu mengetuk pintu, karena di depan rumah ayah si Temon sedang
bersiap dengan raketnya hendak berangkat mau olahraga. Sebenarnya sih
Jon pernah ikut maen badminton, tapi kapok, karena hidungnya kena smash
ayah Temon sampe bengkak tiga hari. Mungkin laen kali kalo terpaksa jadi
sparring-partnernya, musti persiapan pake helm full-face. Setelah
berbasa-basi dalam dosis secukupnya, ayah Temon berangkat, tak lupa
sebelum pergi memanggil Temon, “Mon … dicari temanmu si Jon …”
Si Jon menunggu di teras rumah. Tunggu punya tunggu, bukannya Temon
yang keluar, tapi seekor anjing kecil. “Ah, sejak kapan Temon piara
anjing”, pikir Jon, “biasanya adanya juga nyamuk sama tokek …” Jon
mencoba “bersikap ramah” pada anjing tersebut, tapi eh … malah anjing
tersebut menyalak lalu mengejar dan menggigit ujung celana Jon. Jon baru
ingat beberapa hari yang lalu, sepatunya basah kehujanan lalu dijemur,
eh njemurnya di atap rumah dekat jemuran gereh punya ibu kost, mungkin
itu penyebab anjing tersebut terusik. Biasanya cowok ngapel ketemu bapak
yang galak, eh ini anjingnya yang galak …
Untung sebelum terjadi kerusakan berkepanjangan yang lebih parah,
dari dalam rumah terdengar suara Temon memanggil, “Ayo …. Joni … jangan
nakal … “, lalu muncullah sosok cewek bertampang imut kayak marmut,
anjing kecil tersebut pun batal menguber Jon, dan menghambur ke dalam
rumah.
Jon bernapas lega .. tapi sejurus kemudian tersadar, “Lho … tadi kamu panggil anjing itu apa?”
Temon senyum, “Itu anjing dikasih tanteku, aku kasih nama Joni …”
Jon mrengut, “Kok kamu tega ya, namaku dikasihkan buat anjing …”
“Bukan begitu sayang … Justru anjing kecil itu kunamai sama denganmu,
karena aku sayang banget sama kamu. Kamu nggak keberatan kan ….”
“Ahh … enggak kok”, Jon agak tengsin juga, ” .. tapi laen kali kalo kasih nama bilang-bilang dulu ya ….”
“Sayang … Kalo aku lagi kangen sama kamu, aku lihat anjing ini, jadi
setiap kali lihat anjing kesayanganku ini aku ingat sama kamu …”
“Ohh … begitu …”, Jon manggut-manggut, meski di benaknya terpikir,
“Jangan-jangan begitu juga sebaliknya … setiap kali Temon lihat aku maka
dia akan teringat pada …….” Hmmm… kok nggak enak ya rasanya …
**
Moga-moga saja sih Temon memang beritikad “tulus”, nggak tahu entar
kalo suatu hari Jon putus sama Temon, gimana ya nasib anjing itu, apa
bakal ganti nama ya?
Jon ingat satu temannya yang bernama Gentho. Si Gentho ini miara
seekor hamster. Karena Gentho jengkel sama dosen bimbingannya di kampus
yang rewel abis sehingga skripsinya Gentho nggak kelar-kelar, sebut saja
Pak Semprong, maka hamster piaraannya dikasih nama Semprong. Kalo pas
si Jon lagi bertandang ke rumah Gentho, maka ya seperti ini yang sering
terdengar:
“Semprong … ayo … makan …”
“Semprong .. kok eekmu bau ya …”
“Semprong … kamu kok gembul sekarang .. kebanyakan tidur ya …”
Rupanya si Gentho “melampiaskan kejengkelannya” pada piaraannya, tapi
cuma sebatas itu sih, selebihnya si Semprong tetap dipiara baik-baik.
Moga-moga saja Pak dosen Semprong nggak pernah bertandang ke rumah
Gentho …
Ada teman Jon lainnya, punya sepasang kucing jantan dan betina,
keduanya rukun banget. Terus sama majikannya dikasih nama Anang dan
Syahrini. Tapi kemudian Anang dan Syahrini (yang beneran) kan putus ..
Terus gimana apa ganti nama saja. “Jangan ah … entar kucingnya bingung
…” Si Jon komentar, “Kok nggak dikasih nama dari majalah Bobo saja,
misal dikasih nama Bobo apa Coreng?” Jawabnya, “Tapi Bobo kan kelinci
…..”
Baiklah teman-teman, itulah kisah si Jon. Ini ada gambar dua ekor
kucing yang sering maen ke rumahku dan kuberi makan. Tapi ini kucing
bukan kucing piaraan yang jinak sih karena nggak bisa dipegang. Karena
bukan punyaku sendiri ini kucing nggak bertuan, nggak tahu namanya.
Kira-kira kucing-kucing ini enaknya diberi nama apa ya? Tapi melihat
kucing mbangtelon ini kok mengingatkanku pada …..
Sumber : http://baltyra.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar