LUNTURNYA perasaan cinta tak selalu karena faktor waktu
atau lamanya pernikahan. Survei SINDO mengungkapkan bahwa cinta pun
bisa luntur pada awal usia pernikahan.
“Saya baru menikah tiga
tahun, tapi rasa itu sudah hilang. Perbedaan prinsip yang saya dan suami
miliki memang tak bisa disatukan. Itu membuat semuanya jadi hambar,”
tutur Putri, seorang karyawati swasta. Dalam hal ini tersurat bahwa
perbedaan prinsip turut melatarbelakangi lunturnya perasaan cinta.
Pada
kasus Putri misalnya, ego Putri yang samasama tinggi dengan ego sang
suami tak bisa membawa mereka dalam sebuah keharmonisan. Kondisi itu
membuat rasa cinta yang pada awalnya dijadikan sebagai landasan untuk
melangsungkan pernikahan, hilang begitu saja. Selain faktor perbedaan
prinsip,banyak faktor penentu lain yang menyebabkan hilangnya rasa cinta
dalam pernikahan.
Proses awal pernikahan yang didahului dengan
perjodohan punya andil juga. Hal itu terjadi karena pada awalnya banyak
orang berpikir bahwa untuk menikah, cinta bukanlah sesuatu yang mutlak.
Urusan cinta dianggap sebagian orang bisa “diurus” setelah menikah -saat
seseorang mengenal lebih dekat pasangannya-.
Selebihnya,
berbagai sumber pemicu lenyapnya cinta juga bisa dilatarbelakangi dari
sejumlah kesalahan pasangan yang tak bisa ditoleransi. Kebohongan
pasangan dan perselingkuhan yang dilakukannya terkadang membuat pasangan
lainnya “mati rasa”. Begitu juga dengan status sosial salah satu
pasangan yang lebih tinggi.
Seperti penghasilan istri jauh lebih
besar daripada suami. Kondisi ini bisa membuat suami tidak mempunyai
harga diri di mata keluarganya. Sebagai sosok kepala keluarga, suami
dianggap gagal.
“Apa pun alasannya, sebenarnya kita juga tidak
bisa menyalahkan hal tersebut. Saat ini apa pun bisa terjadi,” kata
psikolog keluarga dari Rumah Sakit Omni Pulomas, Naomi Soetikno MPd Psi.
Naomi mengatakan, saat pasangan memutuskan menikah tanpa adanya
rasa cinta dan hal itu terjadi karena unsur keterpaksaan, maka bisa
terjadi hubungan yang tidak harmonis. Karena terkadang, tanpa adanya
cinta, rumah tangga akan hambar rasanya.
“Dikhawatirkan anak
pun memiliki keadaan jiwa yang tidak tenang nantinya karena orang tua
yang tidak harmonis,” tutur psikolog yang juga mengajar di Universitas
Tarumanegara ini.
Namun, tidak menutup kemungkinan pasangan yang
menikah dengan dilandasi rasa cinta juga bisa saja bercerai. Tidak
sesempurna yang dibayangkan.
“Yang terpenting dalam membina hubungan rumah tangga, landasan utamanya ialah komunikasi,” katanya.
Menurut
Naomi, komunikasi adalah kunci utama dalam menjalankan pernikahan. Jika
awalnya pernikahan terjadi tanpa adanya rasa cinta, namun komunikasi
yang terjalin setelah menikah sangat baik, maka bisa saja timbul rasa
saling menghargai yang berujung pada timbulnya rasa cinta. Tidak adanya
kecocokan 100 persen merupakan masalah yang umum terjadi dalam satu
keluarga.
Itu karena setiap orang memiliki pribadi unik yang
berbeda dan setiap pasangan pun dibesarkan oleh keluarga yang berbeda,
termasuk pernikahan yang berdasarkan tanpa cinta. Karena itu,walaupun
pernikahan terjadi tanpa cinta, namun ingin rumah tangga tetap harmonis,
maka perlu komunikasi yang terjalin dengan baik.
Karena apa pun
masalah yang menimpa, baik masalah ringan maupun besar, apabila
dikomunikasikan dengan baik, hubungan rumah tangga akan terus bersinar
guna terciptanya hubungan yang harmonis.
“Pereratlah komunikasi antarpasangan yang akan menyelamatkan hubungan perkawinan,” saran Kresno.
Selain
komunikasi, sebelum terjadi pernikahan, disarankan Kresno agar para
pasangan saling menanamkan rasa pengertian, menjamin adanya kesetiaan,
dan tanamkan rasa kasih.
Sumber : trisnano.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar