Salah satu caranya,
diantara sekian banyak tak terhitung cara, ya dengan mengatakan; kenali,
Akulah Tuhanmu. Dan hanya Aku. Lakukan ini dan itu dan ini dan itu.
Inilah jalan yang Benar. Inilah Kebenaran. Inilah Jalan.
Tapi ada begitu banyak
bangsa. Ada begitu panjang jaman. Sehingga; jadilah ada begitu banyak
Nabi, Utusan Tuhan, yang menyampaikan Kabar Gembira itu. Yang
mengajarkan Jalan itu. Tentu saja; dengan bahasa yang berbeda. Dengan
istilah yang berbeda. Dengan metoda yang berbeda.
Lalu, kita saat ini;
bukannya gembira dengan kekayaaan sumber-sumber itu, dengan beraneka
pilihan Jalan itu, lalu mendengarkan, mempelajari dan mempraktekkan
ajaran itu, untuk melihat kecocokannya dengan diri sendiri, dan melihat
hasilnya, kita justru sibuk untuk mengkritiki Jalan yang berbeda-beda
itu, dengan tujuan untuk memberinya label, ini Benar, ini Salah. Ini
dari Tuhan, dan ini Sesat.
Lebih gawatnya lagi;
kita lalu begitu sibuk mendorong-dorong orang lain untuk mengikuti
pilihan kita, dan melarang-larang orang lain mengikuti pilihannya
sendiri.
Kenapa sih kok pake
acara ngotot ngurusin orang lain? O, itu karena cinta saya pada mereka.
Saya ingin menolong mereka; supaya mereka tidak terjerumus ke jalan
sesat.
Hehehe. Cinta? Coba
deh rasakan di ulu hati engkau ketika engkau ngotot itu; benarkah ada
cinta disitu? Sepengetahuan saya nih; di dalam ke-ngotot-an macam itu,
tidak ada cinta sih.
Atau coba deh
bayangkan; bagaimana jika engkau yang dipaksa oleh orang lain untuk
meninggalkan Jalan pilihan engkau? Adakah engkau bisa mengatakan kalau
mereka yang memaksa engkau itu, mereka lakukan karena cinta akan engkau?
Adakah engkau bisa bahagia menerima paksaan itu?
Kalau ini sulit
dibayangkan; ingat-ingat saja deh ketika engkau mencintai seseorang, dan
orang tua engkau melarangnya. Apakah engkau bahagia-bahagia saja?
Kayaknya nggak deh. :)
Sumber: http://filsafat.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar