Minggu, 13 Januari 2013

Keberuntungan Itu Bisa Diciptakan

"It's a funny thing, the more I practice the luckier I get - Arnold Palmer (Professional Golfer)

Kalau ada yang bilang bahwa "luck" itu bisa diciptakan, boleh jadi salah satunya ya si tuan Palmer ini. Tapi konteksnya bukan sebab kaena "bejo" atau "hoki" ataupun si "luck" itu bisa dia "rencanakan" kemunculannya.

Sejatinya bukan cuma pada golf ataupun di urusan plah raga saja, kalau faktor keberuntungan itu sungguh butuh diperhitungkan. Untuk perkara apa saja lah. Bisa pada soal keluarga, karir, asmara, dan, ya semuanya lah. Banyak hal tak terduga yang sekonyong-konyong bisa bakal muncul gitu saja tanpa tahu dari mana musababnya. Yang bikin gembira atau bisa juga malah sebaliknya... bikin kemringet dingin. Bikin nderedeg.

Umumnya, "keberuntungan" itu cuma kita percayai sebagai hal yang bekerja otomatis di luar kendali kita manusia. Maka biasanya kita jadi cuma bisa ngarep doang. Soal terjadi atau enggaknya sih ya tanya aja ke rumput tetangga masing-masing.

Tapi kalau kata Arnold Palmer ini, segala pengharapan itu bisa dia persempit jadi satu kenyataan. Tentu tanpa menafikkan peran doa atau ibadah spiritualnya. Dia ini meyakini kalau makin keras dia usaha, tambah getol dia belajar, atau lebih sering dia latihan, itu bakal bisa bikin dia lebih sedikit perlu berharap. Makin sedikit dia perlu H2C (Harap Harap Cemas) bagi kedatangan si mas "bejo" tadi. Artinya, ya semakin lebarlah jalan menuju keberhasilan dia itu. Par.. Menang. Dengan probabilitas yang lebih meyakinkan dirinya tentu.

Pagiku kemarin bermula dengan cara yang sama seperti pagi hari yang lalu-lalu. Habis subuhan, aku lanngsung kemasi perlengkapan ngantor hari ini. Tas ransel yang aku dapat gratis dari tempat kursus komputer bulan lalu ini juga sudah memeluk punggungku rapat-rapat. Uang ongkos agkotpun telah terlipat rapi di kantongku. Dan sejurus kemudian, aku sudah ada di pinggir jalan tempat aku bisa menunggui angkot ke arah kantorku.

Berdiri cukup lama pada keremangan pagi itu, mulai bikin gelisah mataku yang terus lirik jam tanganku. Walau akhirnya datang juga, tapi entah kenapa cuma si angkot yang tampangnya sungguh mengkhawatirkan ini yang hinggap di depanku. Lecek banget. Lampu depannya cuma sebelah saja yang tersisa. Mirip kedipan mata bang Jaja Miharja... Apa'an toooh. "Duuh gak hok amat nih...", begitu suara dalam hatiku.

Tapi untungnya, aku diingatkan oleh angin pagi ini kepada kalimat : "Don't judge the angkot by its karoserinya". Jangan cepat-cepat berprasangka cuuy...

Begitu masuk angkot, hokiku mulai benderang. Baru lima ratus meter duduk manis, tak dinyana penumpang disebelahku turun. Dan dia mewariskan padaku akses pandangan langsung kepada mbak-mbak manis yang sedari tadi aku lirik diam-diam. Hiyaaaaaah. Dalam hati, dari tadi aku terus ingat rangkaian kalimat gombal nan daring di TV semalam. "Mbak habis operasi punggung ya?"... "Saya heran mbak, kok bidadari secantik mbak gak punya sayap yaa!!" Gubraak. Hahahaha. Sekali lagi, untungnya itu cuma dialog imajinerku, hehehe.

Dan seperti teori "tarik menarik" dalam buku The Secret, semangatku ini kontan menggetarkan alam hoki lainnya bagiku. Si angkot  ini tiba-tiba berarsi seperti cacing kepanasan. terlihat di depan dia ini muncul pesaingnya. Angkot dengan jurusan yang sama. Sejatinya denga  jalan ngebut segini saja, angkot ini sudah cukup mengantarku lima belas menit lebih cepat sampai di kantorku. Tapi dasar bejo, angkot ini malah tersedot pada iring-iringan kendaraan dengan pengawalan petugas bermotor. wuiih, serasa naik kereta luncur di Dunia Fantasi. Ngebuut.

Tapi rupanya penggemar kebut-kebutan di angkot ini cumalah diriku. Lihat si mbak manis disebelahku ini mulai gelisah lantaran aksi  koboy si sopir itu. Mengetahui gelagat dia ini, aku pun langsung bersiap menggelarkan sapu tanganku. Persis seperti beberapa tahun lalu ketika teman sekolahku terkapar saat di Dufan. Korban wahana "Halilintar".

Makin cepat bukan main menyenangkan ternyata. Buat si mbak itu tentu jadi bikin mual. Dan bagiku, jadi ya makin sebentar saja aku bisa bersama mbak cantik itu. *Kriuukss*.

Untunglah dari sepenggal perjumpaan itu, aku bisa menarik secuil hikmah buatku di hari ini. Kebahagiaan bagi satu orang, belum tentu bikin bahagia orang lain. Keberuntungan hidup orang lain gak otomatis bikin aku bahagia kalaupun aku mesti menerima keberuntungannya itu. Walau pun sering aku jumpai ada kawan yang bawaannya kok ya hoki melulu. Iri juga siiih. Hehehe..

Sumber : ceritamini.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar